Aren atau Enau (Arenga pinnata, suku Arecaceae) adalah palma terpenting setelah kelapa (nyiur) karena memiliki banyak manfaat. Oleh karena itu, tanaman aren dilindungi oleh Undang - Undang. Tanaman ini dikenal dengan berbagai sebutan seperti kawung (Sunda), tuwak (Nusa Tenggara), ijuk (Sumatera), dan hanau (Dayak). Dalam bahasa Inggris disebut Sugar palm atau Gomuti palm.
Tanaman palma daerah tropis basah
ini beradaptasi dengan baik dan dapat tumbuh di dataran rendah sampai gunung
hingga ketinggian 1.400 meter dpl. Luas pertanaman aren di Indonesia pada tahun 2002 adalah
47.730 ha. Sekarang tanaman aren tersebar di Papua, Maluku, Maluku Utara,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi
Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Bengkulu, Kalimantan Selatan, dan
Nangroe Aceh Darussalam. Total luas di 14 propinsi sekitar 70.000 ha.
Secara fisik, akar
tanaman aren bertipe serabut. Tinggi batang tanaman aren berkisar antara 8 - 25
m dengan diameter hingga 65 cm. Batang berkulit keras yang membungkus jaringan
gabus. Batang aren dibungkus oleh pelepah daun dan ijuk yang melekat pada
pangkal pelepah. Tandan bunga muncul dari setiap pelepah daun. Daunnya seperti
daun kelapa. Buah berwarna hijau sampai coklat kekuningan, berbentuk bulat
peluru, tersusun dalam untaian seperti rantai. Buah ini tidak bisa langsung
dimakan karena getahnya yang gatal. Meskipun getahnya sangat gatal, buah yang
sudah masak disukai banyak hewan, salah satunya adalah musang yang secara tidak
langsung menjadi hewan pemencar biji aren.
Manfaat dalam Berbagai
Bidang Kehidupan
Tanaman aren merupakan
salah satu komponen biotik di dalam ekosistem yang semua bagian dari pohonnya
bisa dimanfaatkan. Akar aren yang kuat bisa menahan longsor, menghambat erosi,
dan sebagai penahan air hujan. Di Kalimantan Timur, aren banyak dijumpai di
lereng gunung, lembah, dan daerah aliran sungai. Tidak heran jika di daerah ini
masih ditemui air yang jernih dan awet (ada pada musim kemarau). Akar aren
menghasilkan serat yang bisa dimanfaatkan untuk bahan anyaman, tali pancing,
dan cambuk. Dari segi kesehatan, akar aren bisa digunakan sebagai obat kencing,
batu ginjal, dan obat sakit gigi.
Batang dan pelepah
aren bisa dijadikan bahan bangunan dan bahan permainan anak - anak seperti lolorian
(perosotan). Batang aren bisa digunakan sebagai saluran air (talang), titian
(cukang), tongkat, dan coet ruyung. Parutan batang aren yang dicampur dengan
dedak gabah dan bekatul dimanfaatkan sebagai pakan ternak itik dan bebek. Dari
pelepah dan tangkai daunnya bisa dihasilkan serat yang kuat dan tahan lama
untuk dibuat benang, tali pancing, dan senar gitar Batak. Tangkai daun atau
pelepah aren yang dibakar (sarerang kawung) bisa digunakan untuk bahan kosmetik
tradisional. Di beberapa daerah di Tatar Sunda, pelepah dan daun aren biasa
digunakan sebagai bahan upacara adat. Kayu aren yang keras bisa diolah menjadi
mebel atau kerajinan tangan, papan,
kasau, dan tongkat. Empulur (gumbar) aren dapat ditumbuk untuk menghasilkan
tepung sagu (aci kawung) yang bisa dibuat bahan beragam makanan kue
tradisional.
Ijuk dan daun aren bisa
dimanfaatkan untuk bahan atap rumah. Ijuknya juga bisa untuk dipintal menjadi
tali yang kuat, awet, dan tahan digunakan di air laut, sebagai bahan pembuat sikat,
sapu ijuk, bahan tambang, penyaring air, dan sarang bertelur ikan di kolam.
Lidi dari tulang daun aren bisa dibuat barang anyaman sederhana dan dapat
dibuat sapu lidi yang keras serta tidak mudah patah. Lembar daun digunakan
sebagai pembungkus barang dagangan dan kerap dipintal menjadi tali. Pucuk daun
yang masih kuncup (janur) biasa digunakan sebagai daun rokok (daun kawung).
Buah aren (beluluk,
caruluk) yang intinya muda, lunak, dan agak bening setelah diolah bisa
diperdagangkan sebagai buah atep (atap) atau kolang - kaling (cangkaleng). Cangkaleng
dan aci kawung di beberapa daerah di Indonesia seperti di Temanggung
telah menjadi salah satu produk andalan bagi perekonomian masyarakat.
Nira (la’ang, lahang)
adalah produk utama dari tanaman aren. Nira aren segar untuk diminum langsung,
apalagi jika dicampur es. Nira segar baik sebagai bahan campuran atau
pengembang dalam pembuatan roti. Nira aren bisa dijadikan obat - obatan
tradisional, yakni untuk haid tidak teratur, sembelit, sariawan, radang paru -
paru, disentri, kepala pusing, dan untuk memulihkan keletihan. Selain itu, nira
juga dipercaya bisa meningkatkan stamina dan kejantanan pria.
Nira bisa diolah
menjadi berbagai produk yang sangat bermanfaat. Gula aren dan gula semut
merupakan produk olahan dari nira yang berkhasiat untuk menghambat penyerapan
kolesterol. Saat ini pemerintah tengah berupaya untuk mengembangkan industri
gula aren yang ada di seluruh wilayah di Indonesia. Beberapa daerah
penghasil gula aren atau gula semut diantaranya yaitu Jawa Tengah
(Banjarnegara, Purwalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen) dan Jawa Timur (Kediri, Gresik, Bawean). Desa
Balikterus di Bawean, Jawa Timur, dikenal sebagai penghasil gula aren dengan
kualitas terbaik karena pegunungan Balikterus sangat lebat dengan tanaman aren.
Nira bisa difermentasi
atau disuling menjadi minuman beralkohol (tuak, sauger) dan cuka. Di Manado,
minuman keras dari nira dikenal dengan nama Cap Tikus. Berdasarkan penelitian,
cuka dari nira bisa dijadikan bahan ramuan biopestisida pembasmi hama. Nira bisa juga
diolah menjadi bioetanol yang merupakan sumber energi alternatif. Hasil
penelitian terbaru menunjukkan dahsyatnya manfaat pohon aren, karena ternyata
nira mampu menghasilkan biofuel dengan tingkat produktifitas empat kali Crude
Palm Oil (CPO) atau minyak sawit.
Telah terbukti betapa
serba gunanya tanaman aren, mulai dari akar hingga pucuk daunnya memberikan
manfaat yang sangat luar biasa bagi kehidupan. Pembudidayaan tanaman aren dan
menjaga keberlangsungan hidup musang sangat penting untuk menjaga kelestarian
tanaman multiguna ini.
No comments